4 Manfaat Lakukan Tes Kesehatan Mental

  • February 19, 2023

Masih banyak dari kita yang berpikir jika mengikuti tes kesehatan mental dilakukan hanya bila merasa ada yang tidak normal dalam mental atau kejiwaan. Nyatanya, melakukan tes untuk cek kesehatan mental bisa diikuti siapa pun dan dalam kondisi apa pun. Biasanya dalam beberapa hal, tes ini wajib dijalani.

Misalnya pada tes kesehatan mental online sebagai rangkaian tes masuk perguruan tinggi, lembaga pemerintah, dan banyak lagi. Kondisi mental akan sangat berpengaruh terhadap keseharian seseorang, hingga bagaimana orang tersebut menghadapi setiap masalah dalam rutinitas sehari-hari.

Mengapa Tes Kesehatan Mental Itu Penting?

Selain mendeteksi adanya gangguan mental dalam berbagai jenis dan tingkatan, banyak manfaat lain yang bisa kamu dapatkan dari mengikuti tes kesehatan satu ini. Termasuk ketika kamu ingin mendapatkan perasaan yang lebih tenang dan bisa menjalani kehidupan lebih bahagia.

Sebab, kamu jadi bisa lebih memahami apa yang sedang terjadi dalam tubuh. Khususnya kondisi mental yang terkadang tidak disadari bisa mengganggu aktivitas, serta menurunkan tingkat produktivitas. Berikut manfaat melakukan tes kesehatan mental, di antaranya:

  1. Mendeteksi Gejala Gangguan Mental

Banyak penderita gangguan mental yang cenderung ‘denial’ dan menolak untuk memahami gejala yang sering mereka rasakan. Mengikuti tes akan memberi kesadaran bahwa gejala-gejala tersebut tergolong penyakit gangguan mental dan harus segera diatasi.

Contohnya, gangguan kecemasan dengan gejala berupa muda merasa panik, tidak tenang, sesak napas, mual, alami kesulitan tidur, sulit konsentrasi, dan lainnya. Sekilas gejala yang dirasakan terlihat biasa saja, tapi nyatanya hal tersebut menjadi gejala awal gangguan kecemasan.

  1. Menghindari Risiko Gangguan Mental Tingkat Lanjut

Berbagai macam tes kesehatan mental Kemenkes ataupun dari swasta memiliki manfaat untuk hindari risiko gangguan mental berkembang ke tingkat lebih lanjut. Sama seperti gangguan kesehatan tubuh, bila diabaikan akan berisiko menjadi semakin parah.

Nantinya gejala yang kamu rasakan pun semakin mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan bisa memicu kehilangan kesadaran dan menimbulkan penyakit lain yang berhubungan dengan kesehatan fisik.

  1. Mengatasi Ketergantungan

Tes kesehatan pada mental juga bermanfaat untuk mengatasi ketergantungan. Ada banyak dari kita yang memiliki rutinitas yang tergolong ‘salah’ atau ‘tidak normal’. Seperti konsumsi obat-obatan, menggunakan narkoba, ketergantungan pada alkohol, tidak bisa lepas dari berjudi, serta banyak ragam rutinitas lainnya yang membutuhkan rehabilitasi dan bimbingan profesional dalam mengatasinya.

Paling sederhana, ketergantungan minum obat tidur karena hampir setiap malam alami insomnia. Insomnia sendiri menjadi salah satu gejala dari gangguan mental yang termasuk fatal. Ditambah dengan ketergantungan obat tidur yang tentu tidak sehat bagi tubuh bila dikonsumsi dalam jangka panjang.

  1. Mendukung Hidup Sehat

Menjalani rangkaian tes gangguan kesehatan mental menjadi kegiatan yang menggambarkan bahwa kamu mendukung untuk bisa hidup lebih sehat. Karena kesehatan bukan hanya mengenai fisik saja, tapi kesehatan mental juga tidak kalah penting.

Banyak contoh tes kesehatan mental yang bisa kamu temukan di internet. Website di bidang psikolog pun banyak yang menawarkan tes gratis secara praktis. Kamu pun bisa coba kunjungi langsung klinik atau rumah sakit bila ingin lakukan tes di bawah bimbingan psikolog dan psikiater profesional.

Penting melakukan tes kesehatan mental bila kamu berisiko alami gangguan mental baik dari segi kondisi batin, alami stres berkepanjangan, lingkungan, maupun faktor genetik. Mereka yang memiliki orang tua dengan kondisi gangguan mental lebih rentan, meski penyakit jiwa bukan penyakit menular dan bukan penyakit yang diturunkan secara genetik.

Apa Itu FOMO? Inilah Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya

  • February 19, 2023

Banyak aspek dalam kehidupan manusia yang terkadang memiliki tren tertentu seperti teknologi, fesyen, otomotif, perabotan, dan lain-lain. Dalam menyikapi tren, ada sekelompok orang yang memiliki sikap FOMO. Lalu apa itu FOMO? Simak penjelasan dan hal-hal yang berkaitan di bawah ini!

Apa itu FOMO?

FOMO atau yang memiliki kepanjangan fear of missing out adalah perasaan cemas atau takut berlebihan jika ketinggalan suatu berita atau tren tertentu. Rasa takut ini muncul sebagai respon keengganan seseorang bila disebut gaptek, kurang gaul, kudet, atau ketinggalan zaman.

FOMO sendiri banyak dialami oleh penikmat media sosial, terutama anak muda yang cenderung banyak menggali informasi dari berbagai sumber.

Bagaimana FOMO Terjadi?

Setelah mengetahui apa itu, maka selanjutnya adalah mengetahui bagaimana rasa takut ini bisa muncul. FOMO merupakan hasil olah dari amigdala, bagian pada otak yang bertanggung jawab terhadap untuk merespon berbagai ancaman pada manusia. 


Dalam kasus ini, amigdala mencerna informasi seperti barang-barang baru yang belum terbeli, tren yang belum dilakukan, serta persepsi tentang ketinggalan zaman sebagai ancaman. Hal inilah yang akhirnya menciptakan rasa cemas, khawatir, dan stress.

Semakin banyak informasi yang masuk, maka hasil olahan amidala yang menganggap hal tersebut sebagai “ancaman” juga semakin banyak, sehingga frekuensi seseorang untuk mengalami FOMO juga akan semakin sering. 

Efek Sikap FOMO pada Seseorang 

FOMO yang berkelanjutan dapat memberikan beberapa efek pada pelakunya. FOMO dapat membuat seseorang merasa rendah diri, mengalami mood swing, tidak percaya diri, memiliki kecemasan berlebih dalam kehidupan sosial, atau bahkan depresi.

FOMO vs JOMO

Selain FOMO, dikenal pula JOMO atau joy of missing out yang artinya menikmati kehidupan tanpa terlalu memusingkan perubahan tren. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa JOMO merupakan lawan dari FOMO.

JOMO memungkinkan seseorang untuk tidak khawatir berlebihan terhadap perubahan tren, apalagi jika tren tersebut tidak membawa pengaruh apa-apa bagi kehidupannya. Mereka yang memiliki sikap JOMO akan memiliki kesadaran penuh terkait apakah tren yang ada harus diikuti atau tidak. Hal ini membuat mereka lebih santai dan bijak dalam mengambil keputusan.  

Bagaimana Mengatasi FOMO?

Ada beberapa cara yang bisa Anda tempuh untuk mengatasi FOMO dan bisa menuju JOMO agar kehidupan lebih tenang dan lebih bijak dalam menghadapi perubahan tren.

1.Alihkan Fokus

Cara pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi FOMO adalah mengalihkan fokus. Cobalah untuk mengesampingkan tren dan hal-hal yang berkaitan. Lakukanlah hal lain yang bisa mmbuat pikiran tertuju pada aktivitas yang baru seperti naik gunung, menonton film, atau melakukan kesibukan yang lain.  

2.Rehat Media Sosial

Tak bisa dipungkiri bahwa media sosial menjadi salah satu tempat munculnya FOMO pada seseorang. Mereka yang melihat hal-hal baru di dunia maya akan merasa tidak percaya diri bila tidak mengikutinya. Oleh karena itu bila ingin menghilangkan atau setidaknya mengurangi kemunculan FOMO, maka rehat sejenak dari media sosial bisa menjadi solusi. 

Setelah kondisi batin dan mental membaik, serta bisa menerima keaadan, maka bisa menggunakan kembali media sosial. 

3.Temukan Relasi di Dunia Nyata

Tips ini bisa dilakukan sembari rehat dari media sosial. Cobalah untuk mencari relasi atau teman di dunia nyata. Ajak mereka untuk membicarakan hal-hal lain atau melakukan aktivitas bermanfaat seperti olahraga dan memasak agar bisa bantu menghilangkan gejolak perasaan terakit dengan tren yang ada.

4.Berusaha Bersyukur

Cara menghilangkan FOMO yang mungkin mudah tapi sering terabaikan adalah bersyukur. Terimalah apa yang dialami saat ini.Sadarilah bahwa yang dimiliki dan dialami saat ini adalah yang terbaik serta belum tentu bisa dimiliki orang lain. Dengan begitu, seseorang bisa selangkah lebih dekat menuju JOMO.

Itulah penjelasan mengenai apa itu FOMO berikut proses terjadi, efek, serta cara mengatasinya.

Simak Penjelasan Apa itu Bipolar Disorder

  • February 19, 2023

Orang-orang yang memiliki bipolar disorder cenderung sering mengalami perubahan susana energi, hari, serta aktivitas yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Namun, sebenarnya apa itu bipolar disorder? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Apa Itu Bipolar Disorder?

Belakangan ini sedang marak tentang pembahasan berbagai macam penyakit mental atau kejiwaan, salah satunya adalah bipoler disorder, Namun bipolar disorder itu apa sih? Mari simak penjelasannya berikut.

Bipolar disorder adalah kondisi gangguan kesehaan mental yang ditandai dengan munculnya perubahan susana hati yang terbilang ekstrem. Dilansir dari National Alliance on Mental Illnes (NAMI), penyakit ini telah mempengaruhi lebih dari 10 juta penduduk Amerka Serikat atau sekitar 2,8% dari populasi penduduk yang ada di sana.

Bipolar disorder sendiri terdiri dari 3 jenis, yakni:

1. Bipolar disorder I

Yakni gangguan mental yang biasanya membuat orang yang mengalami penyakit ini melewati setidakna satu fase mania yang kemudian diikuti oleh fase hipomania atau depresi mayor. Bahkan, beberapa kasus membuktikan bahwa mania bisa memicu psikosis.

2.Bipolar disorder II

Yakni gangguan mental yang biasanya ditunjukkan dengan mengalami setidaknya satu fase yakni depresif berat dan hipomanisa, namun belum sampai mengalami fase mania.

3. Siklotimia

Dalam kondisi ini, para penderta biasanya mengalami banyak gejala depresi dan hipomania.

Bipiolar disorder II tidak sama dengan bipoler disorder I. Biasanya, fase manik bipolar disorder I bisa menjadi lebih parah dan berbahaya. Sedangkan bipolar disorder II bisa mengalami depresi yang lama yang bisa menyebabkan gangguan signifikan.

Apa Penyebab Bipolar Disorder?

Setelah mengetahui apa itu bipolar disorder, mari ketahui penyebab dari penyakit mental ini. Beberapa gejala uama dari bipolar disorder adalah perubahan suasana hati dan energi.

Berikut beberapa penyebab terjadinya bipolar disorder.

1. Genetika 

Bipolar disorder bisa terjadi karena faktor genetika. Jika kamu memiliki keluarga dengan riwayat penyakit utama, kemungkinan lebih besar bagi seseorang untuk mengalami penyakit yang sama.

2. Faktor Lingkungan 

Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya bipolar disorder. Faktor lingkungan seperti stres yang ekstrem dan berlebihan, pengalaman traumatis, serta penyakit fisik juga bisa menjadi penyebab munculnya bipolar disorder.

Ciri-ciri Penyakit Bipola Disorder

Terdapat beberapa ciri-ciri bipolar disorder yakni depresi berat atau suasana hati yang menurun. Gejalanya pun bervariasi tiap orang. Bagi sebagian orang, satu episode mungkin saja bisa berlangsung dalam jangka berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Hipomania dan mania

Mania merupakan kondisi saat orang dengan gangguan bipolar bersemangat secara fisik serta mental. Sedangkan hipomanisa adalah mania yang lebih ringan juga tidak terlalu ekstrem. Berikut gejala pada fase ini:

  • Memiliki kinerja yang buruk di tempat kerja ataupun sekolah
  • Namun merasa dirinya mampu untuk melakukan apapun
  • Sikapnya ramah dan terbuka namun terkadang cukup agresif
  • Terlibat dengan perilaku yang berisiko

Merasakan euforia

Euforia adalah kondisi emosional seseorang yang bisa membuat orang tersebut merasa bahagia, percaya diri, dan bersemangat. Berikut adalah beberapa gejala dalam fase ini:

  • Memiliki harga diri dan tingkat kepercayaan yang tinggi
  • Banyak bicara dan gaya bicaranya cepat
  • Sering melompat topik pembicaraan ke topik lain
  • Memillki ide-ide yang aneh
  • Tidak menyadari atau menyangkal sesuatu yang salah
  • Menghabiskan uang untuk belanja narkoba
  • Mengonsumsi alkohol

Gejala depresi

Dalam mengalami fase ini, seseorang akan mengalami gejala berikut, seperti:

  • Murung dan putus asa
  • Sedih
  • Cemas tentang masalah sepele
  • Insomnia
  • Mengalami sakit fisik
  • Rasa bersalah yang tidak tepat
  • Makan lebih sedikit atau lebih banyak disertai dengan penurunan atau penambahan berat badan
  • Sering merasa sangat kelelahan
  • Sulit untuk fokus
  • Berpikiran untuk bunuh diri
  • Psikosis

Itulah penjelasan dan ciri-ciri dari bipolar disorder. Semoga artikel ini menjawab pertanyaan apa itu bipolar disorder, ya!